Berita Media GlobalBerita TerkiniBudaya dan PendidikanDaerahHukum dan KriminalIndexMetroNasionalPemeritahanPolitikRagamRegional LampungTNI dan PolriTokohTulang Bawang Barat
Pj Bupati Menjadi Narasuber Membangun Krakter Ditubaba
Tubaba–Suryabangkit com– Proses pembangunan Tulang Bawang Barat (Tubaba) diawali dengan pembangunan karakter manusianya dengan mengenalkan prinsip Nemen, Nedes, Neremo (Nenemo) dan Setara, Selaras, serta lestari.
“Tubaba bukan hanya sekadar singkatan dari Tulang Bawang Barat tetapi sebuah masa depan yang ingin dituju. Sebuah cita-cita pembangunan baik manusia maupun wilayahnya,” ucap Sekretaris Daerah Tubaba Novriwan Jaya, saat hadir pada acara sosialisai dan diskusi pers bertajuk “Membangun Musium Pers, Kemerdekaan Pers dan Peran Pers Dalam Pembangunan”.
Acara tersebut berlangsung di Sesat Agung Bumi Gayo, Kompleks Islamic Center Tubaba, Kamis (14/07/2022) dengan menghadirkan narasumber Pj. Bupati Tubaba Zaidirina, Wakil Ketua Dewan Pers M. Agung Dharma Jaya, Kepala Monumen Pers Nasional Widodo Hastjaryo, dan Ketua PWI Provinsi Lampung Wirahadikusumah.
Lanjut Sekda, seperti layaknya kata “seyogyanya”, yang diambil dari kata Yogyakarta, mungkin karena orang-orang Yogya dianggap baik, maka kata “seyogyanya” dipadankan dengan
kata “sebaiknya”. Begitu juga dengan kami saat ini, bukan tidak mungkin bila nanti juga akan ada kata “SeTubaba”.
“Ciri Tubaba sendiri terbagi menjadi dua yakni, ciri-ciri ruang dan manusianya. Ciri-ciri ruang Tubaba tercermin di dalam arsitektur-arsitektur yang dibangun di Tubaba,” jelasnya.
Lalu, ciri orang Tubaba ialah orang yang memegang teguh prinsip Nenemo serta Sederhana, Setara dan Lestari.
“Orang Tubaba bekerja keras (Nemen), tahan banting (Nedes) dan ikhlas menerima hasil yang didapat atas usaha yang dilakukan (Neremo). Serta memiliki gaya hidup yang sederhana. Tidak merasa lebih tinggi atau hebat dan tetap menjaga kelestarian alam,” ujarnya.
Saat ini, lanjut sekda, kami membangun sebuah kawasan baru calon kota di Tubaba, kami namakan Uluan Nughik, dan kami kedatangan tamu teman-teman dari Kanekes/Suku Baduy, mereka menghadiahkan satu unit rumah, dibangun di tempat kami sebagai simbol peletakan batu pertama kawasan tersebut.
“Orang Baduy menghadiahkan sebuah rumah, tidak meninggalkan sebuah fisik. Tetapi, mengingatkan kita untuk sebuah nilai-nilai yang ternyata sudah tidak lagi berada di tubuh kita, yaitu kesederhanaan. (***)